Ibadah, Antara Rasa Takut dan Rasa Harap (Khauf dan Roja`)
Oleh : Al-Ustadz Abu Hamzah Al-Atsary.
Di antara nikmat dan karunia Allah
yang besar terhadap kita sebagai hamba-Nya adalah diutusnya seorang
rosul ke tengah-tengah kita; yang mengajari, membimbing, dan memberi
petunjuk ke jalan yang lurus sehingga kita dapat mengabdi kepada-Nya,
Rabbul ‘ibad, dengan baik dan benar. Allah berfirman:
“Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kamu seorang rosul, yang menjadi saksi terhadapmu.” [QS. Al-Muzammil: 15].
“Dialah yang telah mengutus
rosul-Nya (dengan membawa) petunjuk (al-Quran) dan agama yang benar
untuk dimenangkannya atas segala agama.” [QS. At-Taubah: 33].
Dan Allah juga berfirman,
“Dialah yang mengutus kepada
kaum yang buta huruf seorang rosul di antara mereka, yang membacakan
ayat-ayatNya kepada mereka, mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada
mereka kitab dan hikmah (as-sunnah) [QS. Al-Jumu'ah: 2].
Segala bentuk ibadah akan terwujud dalam diri seorang hamba manakala memenuhi tiga landasan yang sangat mendasar: adanya hubb (kecintaan), khouf (takut), dan roja` (pengharapan). Orang-orang yang beribadah hanya karena pahala semata tanpa ada kecintaan dan rasa takut kepada-Nya, mereka telah tergolong ke dalam kelompok sesat Jahmiyyyah, sebaliknya orang-orang yang beribadah hingga terlena di dalamnya dengan kecintaan namun tidak ada rasa takut dari siksa-Nya dan mengharap akan pahalaNya, mereka tergolong ke dalam kelompok sesat Sufiyyah. Jadi yang benar adalah hendaknya beribadah kepada Allah dengan kecintaan kepadaNya, mengharap pahalaNya, dan takut akan siksaNya.
EKSISTENSI KHAUF DAN ROJA`
Khauf (rasa takut) dan roja` (rasa harap)
adalah dua ibadah yang sangat agung. Bila keduanya menyatu dalam diri
seorang mukmin, maka akan seimbanglah seluruh aktivitas kehidupannya.
Bagaimana tidak, sebab dengan khauf akan membawa dirinya untuk selalu
melaksanakan ketaatan dan menjauhi perkara yang diharamkan; sementara
roja` akan menghantarkan dirinya untuk selalu mengharap apa yang ada di
sisi Rabb-nya ‘Azza wa Jalla.
Pendek kata dengan khauf (takut) dan
roja` (pengharapan) seorang mukmin akan selalu ingat bahwa dirinya akan
kembali ke hadapan Sang Penciptanya (karena adanya rasa takut),
disamping ia akan bersemangat memperbanyak amalan-amalan (karena adanya
pengharapan).
Allah berfirman, “Sesungguhnya
orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) tuhan mereka,
dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat tuhan mereka, dan
orang-orang yang tidak mempersekutukan tuhan mereka (dengan sesuatu
apapun), dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan,
dengan hati yang takut (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka
akan kembali kepada tuhan mereka, mereka itu bersegera untuk mendapat
kebaikan-kebaikan dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.” [QS. Al-Mukminun: 57-61].
‘Aisyah pernah bertanya kepada Rosulullah
apakah mereka itu (yang dimaksud dalam ayat diatas, red) adalah
orang-orang yang meminum khamr, berzina, dan mencuri? Rosulullah
menjawab, “Bukan! Wahai putri Ash-Shiddiq. Justru mereka adalah
orang-orang yang melakukan shoum, sholat, dan bershodaqah, dan mereka
khawatir tidak akan diterima amalannya. Mereka itulah orang-orang yang
bergegas dalam kebaikan.” [HR. At-Tirmidzi dari 'Aisyah ].
Allah juga berfirman, “Sesungguhnya
mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan)
perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap
dan cemas.” [QS. Al-Anbiya': 90].
Hakikat Khauf
Khauf (takut) adalah ibadah hati, tidak
dibenarkan khauf ini kecuali terhadap-Nya Subhanahu wa Ta’ala. Khauf
adalah syarat pembuktian keimanan seseorang.
Allah berfirman:
“Sesungguhnya mereka itu tidak lain syaitan-syaitan yang menakut-nakuti
(kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu
janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku jika kamu
benar-benar orang yang beriman.” [QS. Ali Imran: 175].
Apabila khauf kepada Allah
berkurang dalam diri seorang hamba, maka ini sebagai tanda mulai
berkurangnya pengetahuan dirinya terhadap Rabb-nya. Sebab orang yang
paling tahu tentang Allah adalah orang yang paling takut kepada-Nya.
Rasa khauf akan muncul dengan sebab
beberapa hal, di antaranya: pertama, bila seorang hamba mengetahui dan
meyakini hal-hal yang tergolong pelanggaran dan dosa-dosanya serta
kejelekan-kejelekannya; kedua, pembenarannya akan adanya ancaman Allah , bahwa Allah
akan menyiapkan siksa atas segala kemaksiatan; ketiga, ia mengetahui
akan adanya kemungkinan penghalang antara dirinya dan taubatnya.
Para ulama membagi khauf menjadi lima macam:
1. Khauf ibadah, yaitu takut kepada Allah
, karena Dia Mahakuasa atas segala sesuatu, memuliakan siapa yang
dikehendaki-Nya dan menghinakan siapa yang dikehendaki-Nya, memberi
kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan menahan dari siapa yang
dikehendaki-Nya. Di Tangan-Nya-lah kemanfaatan dan kemudharatan. Inilah
yang diistilahkan oleh sebagian ulama dengan khaufus-sirr.
2. Khauf syirik, yaitu memalingkan ibadah qalbiyah ini kepada selain Allah , seperti kepada para wali, jin, patung-patung, dan sebagainya.
3. Khauf maksiat, seperti meninggalkan kewajiban atau melakukan hal yang diharamkan karena takut dari manusia dan tidak dalam keadaan terpaksa. Allah berfirman, “Sesungguhnya mereka itu tidak lain syaitan-syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku jika kamu benar-benar orang yang beriman.” [QS. Ali Imran: 175].
4. Khauf tabiat, seperti takutnya manusia dari ular, takut singa, takut tenggelam, takut api, atau musuh, atau selainnya. Allah berfirman tentang Musa, “Karena itu, jadilah Musa di kota itu merasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir (akibat perbuatannya).” [QS. Al-Qashash: 18].
5. Khauf wahm, yaitu rasa takut yang tidak ada penyebabnya, atau ada penyebabnya tetapi ringan. Takut yang seperti ini amat tercela bahkan akan memasukkan pelakunya ke dalam golongan para penakut.
2. Khauf syirik, yaitu memalingkan ibadah qalbiyah ini kepada selain Allah , seperti kepada para wali, jin, patung-patung, dan sebagainya.
3. Khauf maksiat, seperti meninggalkan kewajiban atau melakukan hal yang diharamkan karena takut dari manusia dan tidak dalam keadaan terpaksa. Allah berfirman, “Sesungguhnya mereka itu tidak lain syaitan-syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku jika kamu benar-benar orang yang beriman.” [QS. Ali Imran: 175].
4. Khauf tabiat, seperti takutnya manusia dari ular, takut singa, takut tenggelam, takut api, atau musuh, atau selainnya. Allah berfirman tentang Musa, “Karena itu, jadilah Musa di kota itu merasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir (akibat perbuatannya).” [QS. Al-Qashash: 18].
5. Khauf wahm, yaitu rasa takut yang tidak ada penyebabnya, atau ada penyebabnya tetapi ringan. Takut yang seperti ini amat tercela bahkan akan memasukkan pelakunya ke dalam golongan para penakut.
Hakikat Roja’
Adapun roja` secara bahasa artinya
harapan/cita-cita; sedangkan menurut istilah ialah bergantungnya hati
dalam meraih sesuatu di kemudian hari. Roja` merupakan ibadah yang
mencakup kerendahan dan ketundukan, tidak boleh ada kecuali kepada Allah
‘Azza wa Jalla. Memalingkannya kepada selain Allah
adalah kesyirikan, bisa berupa syirik besar atau pun syirik kecil
tergantung apa yang ada dalam hati orang yang tengah mengharap.
Roja (harapan/mengharap) tidaklah menjadikan pelakunya terpuji kecuali bila disertai amalan. Berkata Ibnul Qoyyim dalam
“Madarijus-Salikin”: “..bahwa roja` tidak akan sah kecuali jika
dibarengi dengan amalan. Oleh karena itu, tidaklah seseorang dianggap
mengharap apabila tidak beramal”.
Allah
juga berfirman, “Barang siapa mengharap perjumpaan dengan tuhannya,
maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia
mempersekutukan sesuatupun dalam beribadah kepada tuhannya.” [Al-Kahfi:
110].
Ibnul Qayyim
membagi roja` menjadi tiga bagian, dua di antaranya roja`,yang benar
dan terpuji pelakunya, sedang yang lainnya tercela. Roja` yang
menjadikan pelakunya terpuji, pertama: seseorang mengharap disertai
dengan amalan taat kepada Allah, di atas cahaya Allah, ia senantiasa
mengharap pahala-Nya; kedua: seseorang yang berbuat dosa lalu bertaubat
darinya, dan ia senantiasa mengharap ampunan Allah, kebaikan-Nya dan
kemurahan-Nya. Adapun yang menjadikan pelakunya tercela: seseorang
terus-menerus dalam kesalahan-kesalahannya lalu mengharap rahmat Allah
tanpa dibarengi amalan; roja` yang seperti ini hanyalah angan-angan
belaka, sebuah harapan yang dusta.
Roja` (rasa harap) menuntut adanya khauf
(rasa takut)dalam diri seorang mukmin, yang dengan itu akan memacunya
untuk melakukan amalan-amalan sholeh; tanpa disertai khauf, roja` hanya
akan bernilai sebuah fatamorgana. Sebaliknya khauf juga menuntut adanya
roja`; tanpa roja` khauf hanyalah berupa keputusasaan tak berarti.
Jadi, khauf dan roja` harus senantasa
menyatu dalam diri seorang mukmin dalam rangka menyeimbangkan hidupnya
untuk tetap istiqomah melaksanakan perintahNya dan menjauhi
larangan-larangan-Nya, mengharap pahala dan takut akan siksa-Nya.
Keduanya (khauf dan roja`) ibarat dua sayap burung yang dengannya ia
dapat menjalani kehidupannya dengan sempurna.
Wal ‘ilmu ‘indallah.
Sumber bacaan:
1. Al-Quranul Karim
2. Syarh Tsalatsatul Ushul
3. Taisirul Wushul ilaa Nailil ma’mul
4. Al-Madkhal Lid-dirosatil Aqidah Al-Islamiyyah
5. Madarijus-salikin
1. Al-Quranul Karim
2. Syarh Tsalatsatul Ushul
3. Taisirul Wushul ilaa Nailil ma’mul
4. Al-Madkhal Lid-dirosatil Aqidah Al-Islamiyyah
5. Madarijus-salikin
Sumber : Buletin Al Wara’ Wal bara’ , Edisi ke-6 Tahun ke-2 / 02 Januari 2004 M / 10 Dzul Qo’dah 1424 H, Judul asli “IBADAH, Antara Khauf dan Roja`”