SEMOGA ALLAH MERAHMATINYA : kepada sahabat terbaikku yang telah mendahuluiku..
Dunia ini bukanlah negeri abadi
Di satu masa manusia menjadi pendengar kabar berita
Namun di waktu lain, ia menjadi salah satu dari berita itu pula
Kehidupan memang selalu berubah. Persahabatan selalu diiringi dengan
pertemuan… Saling mengunjungi sesama teman, menimbulkan kegembiraan dan
ketentraman jiwa. Berhari-hari kami tidak saling berjumpa. Waktu
berjalan cepat. Sudah sebulan atau lebih aku tidak bertemu dengan
Abdullah..
Aku teringat ketika aku mengecamnya karena ia terlambat
mengunjungiku… Kenapa kita hanya bertemu setiap bulan? Itukah hak
persahabatan menurutmu? Kali ini, aku akan kebih marah lagi. Kami sudah
berada di penghujung bulan Ramadhan, namun tidak juga melihat batang
hidungmu…
Ia menghubungiku melalui telepon sekali atau dua kali. Namun aku
hanya melihatnya sekali saja, dalam keadaan tergesa… Kesibukan hidup
telah mengambil seluruh waktunya. Tidak ada waktu bagi kami untuk duduk
berakrab-akrab. Segala kesibukannya telah menjadi penghalang untuk
berkunjung. Aku mencacinya karena persahabatan, dan aku mengecamnya
karena aku menyukainya…
Pada hari-hari ini, aku pun tidak memiliki waktu, karena aku adalah
imam masjid. Namun moga-moga aku dapat bertemu dengannya sekali waktu…
Ia meneleponku. Aku akan datang berkunjung, tanpa kutentukan waktunya…
Di bulan Ramadhan, aku telah menjadwal waktuku. Untuk mengulang
hafalan, untuk shalat Tarawih, dan sisanya untuk persiapan shalat malam…
Tapi bagaimanapun kondisinya, aku harus melihatmu..
Dua hari kemudian, ia datang. Namun kedatangannya agak terlambat…
“Aku harus pergi untuk shalat malam. Apakah engkau hanya bisa memilih
waktu seperti ini? Aku ingin berjumpa denganmu sesudah selesai shalat?”
Ia beralasan terlalu sibuk. Ia bisa mencari celah alasan: “Bukankah
engkau juga perlu istirahat. Aku sendiri memiliki pekerjaan yang harus
aku selesaikan sebelum besok hari..
Aku memanfaatkan kelupaannya. Waktu shalat malam. Ia tampak lamban
memberi jawaban. Aku bisa membaca hal itu. “Malam ini kita mengkhatamkan
Al-Qur’an?”
“Engkau harus shalat bersama kami.” Ketika aku lihat ia terdiam,
dengan bercanda, aku melanjutkan: “Jangan buang-buang waktu. Bisa jadi
ini khatam Al-Qur’an terakhir bagimu…” Ternyata memang demikianlah
kenyataannya.
Tatkala pemuda itu bergembira ria, merasa senang dengan yang
diusahakannya selama ini, tiba-tiba datang kabar: Pemuda itu sakit tak
tertahan! Ia tidak bisa tidur semalaman..
Tiba-tiba pula datang kabar: ia bangun dalam keadaan sakit berat, tak ada lagi harapan.
Tiba-tiba datang berita: Pagi itu ia terpaku memandang dan diarahkan
ke kiblat sana. Ia sakit. Tiba-tiba pula datang kabar: Ia sudah tiada.
“Semoga Allah menghilangkan kesepianmu. Semoga Allah memberikan
rahmat, dengan kesendirianmu. Engkau tengah menghadapi ujian berat…
Semoga Allah memberi kebaikan atas persahabatan kita…”
Kini ia telah tiada, semoga Allah merahmatinya…
copast dari sini