Merajut Mutiara
“Sesungguhnya
orang-orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, niscaya Allah
mengharamkan surga kepadanya, sedang tempatnya ialah neraka. Tidaklah
ada seorang penolong pun bagi orang-orang zhalim itu.”
—
الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ، وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي صَدْرِكَ، وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ
“(Perbuatan)
kebajikan (berasal) dari akhlak yang baik, sedang dosa-dosa adalah
segala sesuatu yang menyesakkan dadamu dan engkau enggan bila manusia
mengetahuinya.”
—
“Zina kedua mata adalah memandang.”
Yakni bahwa melihat hal yang diharamkan adalah seperti zina sebab itu adalah perantara untuk berzina.
—
مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاقٍ
“Segala sesuatu yang berada di sisi kalian akan sirna, sedangkan segala sesuatu yang berada di sisi Allah akan kekal.”
—
يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ
“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia, sedangkan tentang (kehidupan) akhirat mereka lalai.”
Ayat
di atas adalah celaan terhadap orang-orang yang mengenal berbagai jalan
untuk mendapatkan dunia, tetapi lalai terhadap akhiratnya.
—
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.”
—
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, Allah akan memahamkannya dalam agama.”
—
مَنْ مَشَى فِي ظُلْمَةِ اللَّيْلِ إِلَى الْمَسَاجِدِ آتَاهُ اللَّهُ نُورًا يوم القيامة
“Barangsiapa yang berjalan ke masjid pada kegelapan malam, Allah akan memberi cahaya kepadanya pada hari kiamat.”
— , Ats-Tsamrul Mustathâb hal. 502-503
إِنَّ اللهَ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلًا أَنْ يُتْقِنَهُ
“Sesungguhnya
Allah mencintai bila salah seorang di antara kalian mengerjakan amalan
yang dilakukan secara mutqin (sempurna/lengkap).”
— , Silsilah Ahâdist Ash-Shahîhah no. 1113
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ، الصِّحَّةُ، وَالْفَرَاغُ
“Dua nikmat yang banyak manusia merugi di dalamnya: kesehatan dan waktu luang.”
—
“Sesungguhnya
kebaikan adalah sinar pada wajah, cahaya dalam hati, kelapangan dalam
rezeki, kekuatan pada badan, dan kecintaan pada hati
makhluk.Sesungguhnya kejelekan adalah kegelapan pada wajah, gulita pada
alam kubur dan hati, kelemahan pada badan, kekurangan dalam rezeki, dan
kebencian pada hati makhluk.”
— , Al-Jawâb Al-Kâfy hal. 62
Biasakanlah mengucapkan, ‘Insya Allah,’ atas sesuatu hal yang akan datang.
وَلَا تَقُولَنَّ لِشَيْءٍ إِنِّي فَاعِلٌ ذَلِكَ غَدًا. إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ
“Dan
jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu, ‘Sesungguhnya aku
akan mengerjakan ini besok pagi,’ kecuali (dengan menyebut), ‘Insya
Allah’.”
—
وَمَنِ
اسْتَمَعَ إِلَى حَدِيثِ قَوْمٍ، وَهُمْ لَهُ كَارِهُونَ، أَوْ يَفِرُّونَ
مِنْهُ، صُبَّ فِي أُذُنِهِ الآنُكُ يَوْمَ القِيَامَةِ
“Barangsiapa
yang mendengar pembicaraan suatu kaum, sedang kaum itu tidak senang
kepadanya atau mereka lari darinya, akan dituangkan timah putih pada
telinganya pada hari kiamat.”
—
Dalam
menghadapi fitnah, Thalq bin Habib menasihatkan agar berlindung dengan
ketakwaan. Ketika ditanya, “Apa takwa itu?” Beliau menjawab,
“Takwa
adalah beramal ketaatan kepada Allah di atas cahaya dari Allah,
mengharap rahmat Allah, dan meninggalkan maksiat kepada Allah di atas
cahaya dari Allah, takut akan siksaan Allah.”
—
ثَلَاثَةٌ لَا
تَرَى أَعْيُنُهُمُ النَّارَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ : عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ
خَشْيَةِ اللهِ وَعَيْنٌ حَرَسَتْ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ وَعَيْنٌ غَضَّتْ
عَنْ مَحَارِمِ اللهِ
“Ada tiga (orang) yang mata-mata mereka tidak
akan melihat neraka pada hari kiamat: mata yang menangis karena takut
kepada Allah, mata yang berjaga-jaga di jalan Allah, dan mata yang
menundukkan pandangan dari segala sesuatu yang diharamkan oleh Allah.”
— , Ash-Shahîhah no. 2673
مَا لِيْ لَا أَرَى مِيْكَائِيْلَ ضَاحِكًا قَطُّ قَالَ مَا ضَحِكَ مِيْكَائِيْلُ مُنْذُ خُلِقَتِ النَّارُ
“Mengapa
saya sama sekali tidak pernah melihat Mika`il tertawa? (JIbril)
menjawab, ‘Mika`il tidak pernah tertawa semenjak neraka diciptakan.’.”
— , Ash-Shahîhah & Shahîh At-Targhîb
‘Uqbah bin ‘Amir Al-Juhany berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan keselamatan itu?”
Rasulullah menjawab,
أَمْسِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ وَابْكِ عَلَى خَطِيئَتِكَ
“Jagalah lisan engkau, hendaknya engkau merasa lapang dengan rumahmu, dan tangisilah kesalahanmu.”
— , Shahîh At-Targhîb & Ash-Shahîhah
اغْتَنِمْ
خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ ، وَصِحَتَكَ قَبْلَ
سَقَمِكَ ، وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ ،
وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
“Manfaatkan segera lima perkara sebelum
(datang) lima perkara: waktu mudamu sebelum (datang) waktu tuamu,
kesehatanmu sebelum (datang) sakitmu, kekayaanmu sebelum (datang)
kefakiranmu, waktu luangmu sebelum (datang) waktu sibukmu, dan
kesehatanmu sebelum (datang) kematianmu.”
—
“Dan
orang-orang yang kafir, kecelakaanlah bagi mereka dan Allah menghapus
amal-amal mereka. Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka
benci terhadap (Al Qur’an) yang Allah turunkan, lalu Allah menghapus
(pahala-pahala) amal-amal mereka.”
—
Dari Al-Barâ`
bin ‘Âzib radhiyallâhu ‘anhumâ, beliau bertutur, “Kami pernah bersama
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam pada sebuah jenazah, kemudian
beliau duduk di pinggir kubur, lalu menangis hingga membasahi tanah.
Beliau bersabda,
يَا إِخْوَانِى لِمِثْلِ هَذَا فَأَعِدُّوا
‘Wahai saudara-saudaraku, untuk (keadaan) seperti ini hendaknya kalian bersiap.’.”
— , Baca Ash-Shahîhah no. 1751
Rasulullah
shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Siapakah yang mau menerima
kalimat-kalimat ini agar diamalkan dan diajarkan kepada siapa saja yang
akan mengamalkannya?’ Abu Hurairah menjawab, ‘Saya, wahai Rasulullah.’
Kemudian beliau memegang kedua tanganku seraya bertutur,
‘Takutlah
engkau kepada segala sesuatu yang diharamkan, niscaya engkau menjadi
manusia yang paling beribadah. Ridhailah segala sesuatu yang Allah bagi
kepadamu, engkau pasti menjadi manusia yang paling cukup. Berbuatbaiklah
kepada tetanggamu, niscaya engkau menjadi seorang mukmin. Cintailah
untuk manusia,segala sesuatu yang engkau cintai untuk dirimu, engkau
pasti menjadi seorang muslim, dan janganlah terlalu banyak tertawa
karena banyak tertawa akan mematikan hati.’.”
— , Baca Ash-Shahîhah no. 930
“Sesungguhnya
salah seorang dari kalian berbicara dengan sebuah kalimat berupa
keridhaan Allah -tidak pernah dia menyangka akan tersebar sedemikian
rupa- maka, lantaran (kalimat itu), Allah menulis keridhaan baginya
hingga hari tatkala dia menghadap kepada-Nya. Dan sungguh seorang lelaki
di antara kalian berbicara dengan sebuah kalimat berupa kemurkaan Allah
-tidak pernah dia menyangka akan tersebar sedemikian rupa- maka,
lantaran (kalimat itu), Allah menulis kemurkaan baginya hingga hari saat
dia menghadap kepada-Nya.”
— , Ash-Shahîhah no. 888
مَنْهُومَانِ لَا يَشْبَعَانِ: مَنْهُومٌ فِي عِلْمٍ لَا يَشْبَعُ، وَمَنْهُومٌ فِي دُنْيَا لَا يَشْبَعُ
“Dua
ketamakan yang tidak pernah kenyang: ketamakan terhadap ilmu tidak
pernah kenyang, dan ketamakan terhadap dunia tidak pernah kenyang.”
— , Dishahihkan oleh Al-Albany dalam Shahîh Al-Jamî’
لَأَنْ يُطْعَنَ فِيْ رَأْسِ رَجُلٍ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيْدٍ خَيْرٌ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لَا تَحِلُّ لَهُ
“Andaikata
seorang lelaki kepalanya ditusuk dengan jarum besi, hal itu lebik baik
daripada dia menyentuh perempuan yang tidak halal baginya (baca: bukan
mahramnya).”
— , Dikuatkan oleh Al-Albany dalam Ash-Shahîhah no. 226
“Wahai sekalian
manusia, barangsiapa yang beriman dengan lisannya, sedangkan keimanan
belum masuk ke dalam hatinya, janganlah kalian mengganggu kaum muslimin
juga janganlah mencela mereka, serta janganlah kalian mencari-cari aurat
mereka. Sesungguhnya, barangsiapa yang mencari-cari aurat saudaranya
sesama muslim, Allah akan mencari-cari auratnya. Barangsiapa yang
auratnya dicari-cari oleh Allah, niscaya Allah akan mempermalukannya,
walaupun dia berada di tengah rumahnya.”
— , Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albany dalamShahîhul Jamî’
Bilâl bin Sa’d rahimahullâh berkata,
لَا تَنْظُرْ إِلَى صِغَرِ الْخَطِيئَةِ، وَلَكِنِ انْظُرْ مَنْ عَصَيْتَ
“Janganlah engkau melihat kepada kecilnya dosa, tetapi lihatlah terhadap siapa engkau bermaksiat.”
—
“Telah nampak
kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan manusia,
supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (kepada jalan yang benar).”
—
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
“Dan
musibah apa saja yang menimpa kalian maka itu disebabkan oleh perbuatan
tangan kalian sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar
(kesalahan-kesalahan kalian).”
—
Dari Anas bin Mâlik radhiyallâhu ‘anhu, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ، وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ
“Surga diiitari dengan hal-hal yang tidak menyenangkan, sedangkan neraka diitari dengan berbagai syahwat.”
—
“Pandanglah
orang yang berada di bawah kalian (dalam hal keduniaan) dan janganlah
kalian memandang orang yang berada di atas kalian, karena yang demikian
itu lebih pantas agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah terhadap
kalian.”
— , Lafazh hadits milik Muslim
Ibnul Mubarak rahimahullâh berkata,
رُبَّ عملٍ صغيرٍ تعظِّمهُ النيَّةُ، وربَّ عمل كبيرٍ تُصَغِّره النيَّةُ
“Kadang sebuah amalan kecil diperbesar oleh niat, dan kadang sebuah amalan besar diperkecil oleh niat.”
—
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jibrîl ‘alaihissalâm datang kepadaku seraya berkata,
يَا
مُحَمَّدُ، عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ، وَأَحْبِبْ مَنْ
أَحْبَبْتَ فَإِنَّكَ مَفَارِقُهُ، وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ
مَجْزِيٌّ بِهِ
‘Wahai Muhammad, hiduplah sesukamu karena sungguh
engkau akan meninggal, cintailah siapapun yang engkau sukai karena
sungguh engkau akan berpisah dengannya, beramallah sesukamu karena
engkau pasti mendapat balasan dengannya.’.”
— , Dari beberapa orang shahabat
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا
قُمْتَ فِي صَلَاتِكَ فَصَلِّ صَلَاةَ مُوَدِّعٍ، وَلَا تَكَلَّمْ
بِكَلَامٍ تَعْتَذِرُ مِنْهُ، وَأَجْمِعِ الْيَأْسَ عَمَّا فِي أَيْدِي
النَّاسِ
“Apabila berdiri pada shalatmu, kerjakanlah shalat
sebagaimana shalat perpisahan, janganlah engkau berbicara dengan
pembicaraan yang engkau akan mintakan maaf darinya, serta kumpulkanlah
keputus-asaan pada segala yang berada di tangan manusia.”
— , Ash-Shahîhah no. 401
Dasar pijakan untuk akhlak mulia adalah firman Allah Subhânahû Wa Ta’âlâ,
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
“Ambillah rasa maaf, perintahlah dengan yang ma’ruf, dan berpalinglah dari orang-orang jahil.”
—
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلَامِ النُّبُوَّةِ الْأُولَى: إِذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ
“Sesungguhnya,
di antara pembicaraan kenabian terdahulu yang ditangkap oleh manusia
adalah, ‘Apabila tidak malu, berbuatlah engkau sesukamu.’.”
—
Barangsiapa yang menghendaki ilmu, hendaknya dia bertakwa kepada Allah Subhânahu wa Ta’âlâ.
Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman,
وَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ
“Bertakwalah kepada Allah, Allah (pasti) memberi ilmu kepada kalian.”
—
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَوْ كُنْتُ آمِرَا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لأَحَدٍ لأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا
“Seandainya
aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain niscaya
aku perintahkan istri untuk sujud kepada suaminya.”
— , Dishahihkan oleh Al Albany dari Irwa`ul Ghalil no. 1998
SUMBER