Allah Subhânahû Wa Ta’âlâ berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا
مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا
يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ
أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ
تَوَّابٌ رَحِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan
prasangka, karena sebagian dari prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah
mencari-cari kejelekan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama
lain. Adakah seorang diantara kalian yang suka memakan daging saudaranya
yang sudah mati? Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya. Dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi
Maha Penyayang.” [Al-Hujârât: 12]Ada tiga akhlak buruk yang dicela dalam ayat di atas,
Pertama, prasangka tak berdasar.
Allah melarang orang-orang yang beriman dari kebanyakan prasangka, yaitu tuduhan dan anggapan berkhianat terhadap keluarga, kerabat, dan manusia, hal yang bukan pada tempatnya. Sebagian dari hal tersebut telah dipastikan sebagai dosa, dan kebanyakannya ditinggalkan untuk berhati-hati darinya. ‘Umar bin Al-Khaththab berkata, “Jangan sekali-kali engkau menyangka suatu kalimat yang keluar dari saudaramu kecuali kebaikan, sepanjang engkau masih menemukan kemungkinan kebaikan pada (kalimatnya).” [Tafsir Ibnu Katsir]
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ
الْحَدِيثِ، وَلَا تَحَسَّسُوا، وَلَا تَجَسَّسُوا، وَلَا تَنَافَسُوا،
وَلَا تَحَاسَدُوا، وَلَا تَبَاغَضُوا، وَلَا تَدَابَرُوا، وَكُونُوا
عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا
“Hati-hatilah kalian dari prasangka, karena prasangka adalah
sedusta-dusta pembicaraan, janganlah kalian mendengar pembicaraan orang
lain, janganlah kalian ber-tajassus (mencari-cari kejelekan orang),
janganlah kalian saling bersaing, janganlah kalian saling hasad,
janganlah kalian saling membenci, janganlah kalian saling membelakangi,
dan jadilah kalian –wahai hamba-hamba Allah- sebagai orang-orang yang
bersaudara.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhary dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu]Kalau kita memeriksan diri masing-masing, mungkin banyak dari kita tergolong orang-orang yang banyak berprasangka jelek kepada saudaranya.Semoga Allah mengampuni kita semua.
Kedua, mencari-cari kejelekan orang lain.
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan,
إِنَّكَ إِنِ اتَّبَعْتَ عَوْرَاتِ النَّاسِ أَفْسَدْتَهُمْ، أَوْ كِدْتَ أَنْ تُفْسِدَهُمْ
“Apabila engkau mencari-cari aurat manusia, sungguh engkau telah merusak mereka atau hampir merusak mereka.” [Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ibnu Hibban dari Mu’âwiyah radhiyallâhu ‘anhu. Dishahihkan oleh An-Nawawy, Al-Albany dan Al-Wâdi’iy]Dalam hadits yang lain, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَا مَعْشَرَ مَنْ أَسْلَمَ بِلِسَانِهِ وَلَمْ
يُفْضِ الإِيمَانُ إِلَى قَلْبِهِ، لَا تُؤْذُوا المُسْلِمِينَ وَلَا
تُعَيِّرُوهُمْ وَلَا تَتَّبِعُوا عَوْرَاتِهِمْ، فَإِنَّهُ مَنْ تَتَبَّعَ
عَوْرَةَ أَخِيهِ المُسْلِمِ تَتَبَّعَ اللَّهُ عَوْرَتَهُ، وَمَنْ
تَتَبَّعَ اللَّهُ عَوْرَتَهُ يَفْضَحْهُ وَلَوْ فِي جَوْفِ رَحْلِهِ
“Wahai sekalian manusia, barangsiapa yang beriman dengan
lisannya, sedangkan keimanan belum masuk ke dalam hatinya, janganlah
kalian mengganggu kaum muslimin juga janganlah mencela mereka, serta
janganlah kalian mencari-cari aurat mereka. Sesungguhnya, barangsiapa
yang mencari-cari aurat saudaranya sesama muslim, Allah akan
mencari-cari auratnya. Barangsiapa yang auratnya dicari-cari oleh Allah,
niscaya Allah akan mempermalukannya, walaupun dia berada di tengah
rumahnya.” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidzy dan selainnya dari Ibnu Umar radhiyallâhu ‘anhumâ. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albany dalam Shahîhul Jamî’]Jangan suka mencari kejelekan orang lain, selain hal tersebut adalah dosa besar, tentu akan lebih bermanfaat kita memperbaiki dan membaca kejelekan sendiri.
Ketiga, Ghibah.
Definisi ghibah diterangkan oleh Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam sabda beliau,
ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ
“Engkau menyebut saudaramu dengan hal yang dia tidak sukai.”Seorang bertanya, “Bagaimana pendapatmu jika yang kuucapkan itu ada pada saudaraku?” Beliau menjawab,
إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ، فَقَدِ اغْتَبْتَهُ، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ
“Jika apa yang engkau ucapkan ada padanya, sungguh engkau telah
mengghibahnya. Jika (apa yang engkau ucapkan) tidak terdapat padanya,
sungguh engkau telah berbuat kedustaan terhadapnya.”[Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.]Cukup banyak hadits yang menjelaskan tentang bahaya ghibah dan besar dosa dalam hal tersebut. Cukuplah ayat ini sebagai peringatan. Allah telah memperumpamakan ghibah seperti seorang yang memakan bangkai saudaranya sendiri. Hanya orang yang tak memiliki hati yang tidak membenci hal tersebut.
Perintah bertakwa di akhir ayat adalah renungan untuk memperbaiki diri dengan melaksanakan segala ketaatan dan meninggalkan segala larangan.
Berusahalah untuk menjaga lisan, berbaik sangkalah kepada saudaramu, dan sibuklah dengan membenahi diri sendiri.
SUMBER