.
Al Quran Dahsyat !
Ditulis oleh : Abu Nasiim Mukhtar ibn Rifai La Firlaz
Al Quran memang dahsyat! Kekuatannya tak dapat dibendung
Ceritanya, ada seseorang tiba-tiba jatuh
sakit. Memang aneh penyakit itu. Berubah menjadi pendiam, tidak lagi
bisa berbahasa daerah menurut asalnya, matanya memerah dan seolah-olah
ia hidup di dunia lain.
Sudah dicoba untuk diperiksakan ke
beberapa dokter spesialis penyakit dalam. Hasilnya sama, tidak ada
kelainan apa-apa. Semuanya normal dan baik-baik saja. Setelah ditelusuri
lebih jauh, ternyata kejadian itu tak lama berselang setelah ia pulang
dari pulau Bali. Saat berada di Bali, ia pernah menendang sesajian di
sebuah lokasi pemujaan patung berhala. Kerasukan jin. Allahumma sallim
Keluarga itu termasuk keluarga besar dan terpandang. Namun, untuk urusan agama bisa dikata kurang. Lalu, apa yang terjadi?
Ada yang mengusulkan untuk didatangkan seorang dukun dari Wonogiri. Setelah datang, dukun itu meminta untuk disiapkan umborampe [1] dengan
ciri dan krtiteria tertentu. Setelah itu, dengan mengacung-acungkan
keris pusaka miliknya ia berteriak mengusir jin yang mendekam di dalam
tubuh orang tersebut. Apa hasilnya? Nihil.
Bagaimana mungkin dukun dapat berbuat?
Dukun itu sendiri lemah. Ilmu perdukunan adalah ilmu sesat. Dukun-dukun
juga menghamba kepada setan. Dukun adalah orang bodoh walau disebut
“orang pintar”. Sekadar datang menemui dukun saja dilarang apalagi
meminta bantuan kepada mereka.
Rasulullah bersabda,
مَنْأَتَىعَرَّافًاأَوْكَاهِنًافَصَدَّقُهبِمَايَقُوْلُفَقَدْكَفَرَبِمَاأُنْزِلَعَلَىمُحَمَّدٍ.“Siapa saja yang mendatangi ‘arraf atau kahin [2],lalu ia membenarkan apa yang disampaikan olehnya maka dia telah kufur terhadap wahyu yang diturunkan untuk Muhammad”[3].
Ada lagi anggota keluarga lain yang
mengusulkan untuk diikutkan terapi pengobatan jarak jauh. Hanya sekadar
menuliskan nama dan umur, penyakit yang diderita seorang pasien dapat
disembuhkan. Tetapi hasilnya juga tetap kosong. Sebab, terapi semacam
ini pun kurang lebih sama dengan cara sebelumnya.
Akhirnya, setelah beberapa langkah lain ditempuh, salah seorang saudara jauh mereka, seorangsalafy, mengusulkan untuk dilakukan ruqyah saja. Ruqyah adalah metode penyembuhan dengan cara membacakan ayat-ayat Al Quran pada si pasien.Ruqyah bisa menjadi pilihan untuk proses penyembuhan penyakit apa saja. Fisik maupun non fisik.Lahir dan batin.
Alhamdulillah setelah melalui proses
ruqyah, orang tersebut pun kembali normal. Keluhan-keluhan negatif
sebelumnya pun berangsur hilang. Al Quran memang obat dan penawar.
Dahulu pernah terjadi di dalam lintasan
sejarah, beberapa sahabat nabi Muhammad melakukan sebuah perjalanan. Di
tengah perjalanan, mereka singgah di sebuah perkampungan Arab dan
memohon ijin untuk singgah bertamu. Namun, penduduk kampung tersebut
menolak mereka sebagai tamu.
Tiba-tiba muncul masalah baru. Pemimpin
kampung tersebut tersengat binatang berbisa. Warga telah berusaha
menggunakan berbagai cara untuk menyembuhkan namun gagal. Sampai pada
akhirnya, ada di antara mereka menyarankan untuk menemui orang-orang
yang telah ditolak oleh mereka, yakni para sahabat nabi. Beberapa utusan
lalu datang menemui para sahabat. Mereka menyampaikan maksud hati
tentang kondisi pimpinan mereka.
Seorang perwakilan sahabat menjawab, ”Bisa. Demi Allah, aku mampu meruqyah.
Namun demi Allah, kami tadi meminta untuk diterima sebagai tamu akan
tetapi kalian menolak. Oleh karena itu aku tidak mau meruqyah kecuali
dengan upah”. Kedua belah pihak lalu mengambil kata sepakat. Ruqyah akan
dilakukan dengan upah beberapa ekor kambing.
Sahabat itu lalu mendatangi sang pemimpin kaum. Dengan meniup dengan sedikit disertai air ludah, sahabat tersebut meruqyah dengan cara membacakan surat Al Fatihah kepadanya.
Ajaib! Sungguh-sungguh ajaib. Dalam
sekejap, pemimpin kampung yang terkena bisa beracun itu langsung bangkit
segar seakan-akan baru saja terlepas dari tali yang membelenggu.
Upah beberapa ekor kambing tersebut lalu
dibawa pulang ke Madinah. Mereka tidak mau membagi sebelum bertanya
kepada Rasulullah.Setibanya di Madinah dan setelah Rasulullah mendengar
cerita,beliau bertanya,
وَمَايُدْرِيكَأَنَّهَارُقْيَةٌقَدْأَصَبْتُمْاقْسِمُواوَاضْرِبُوالِيمَعَكُمْسَهْمًا.“Dari mana kalian bisa mengetahui jika Al Fatihah adalah ruqyah? Kalian benar.Berbagilah di antara kalin dan berikanlah juga bagian untukku”
Lalu nabi Muhammad tertawa.[4]
Al Quran disebut sebagai syifaa,
yaitu penawar penyakit. Al Quran bisa dipilih sebagai cara untuk
menyembuhkan penyakit-penyakit hati entah berbentuk syubhat, kejahilan,
pemikiran yang rusak dan sesat, penyimpangan kejiwaan dan maksud-maksud
yang jelek. Al Quran pun bisa menjadi pilihan utama ketika penyakit
badan datang mendera.
Allah berfirman,
وَنُنَزِّلُمِنَالْقُرْآنِمَاهُوَشِفَاءٌوَرَحْمَةٌلِلْمُؤْمِنِينَوَلايَزِيدُالظَّالِمِينَإِلاخَسَارًا.Dan Kami turunkan dari al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (QS. 17:82)
Hanya saja, Al Quran akan menjadi obat
dan penawar penyakit untuk kalangan tertentu saja. Siapa mereka? Kaum
yang beriman kepada Allah. Mereka yang meyakini akan kebenaran ayat-ayat
Al Quran dan berusaha untuk mengamalkannya. Mereka yang berusaha untuk
meniti jejak kehidupan Rasulullah di dalam segala halnya.
Adapun kaum yang zalim, mereka yang
ingkar atau meragukan kebenaran ayat-ayat Al Quran, mereka yang enggan
untuk meneladani metode hidup yang diajarkan oleh Rasulullah, maka Al
Quran bukanlah syifaa bagi mereka.
Nah, bukankah banyak penyakit di dalam
hati kita? Ada penyakit bertumpuk di dalam hati dengan banyak nama. Ada
hasad, iri, dengki, dendam juga ada penyakit syak dan was-was. Di tubuh
kita pun mengendap sekian banyak penyakit.
Mudah-mudahan Al Quran yang kitabaca
setiap hari bisa menjadi obat dan penawar penyakit tersebut. Asalkan
kita beriman kepada Allah dan mengikuti pola kehidupan
Rasulullah.Sudahkah Anda begitu?
___________________________
Catatan kaki:
[1] Semacam sesajen
[2] Dukun,paranormal dan yang semisalnya
[3] Hadist Abu Hurairah dishahihkan Al Albani dalam Sahihul Jami’
[4] Hadits Abu Sa’id riwayat Bukhari Muslim