.
Nikmatnya Saling Berbagi
oleh : Abu Nasim Mukhtar “iben” Rifai La Firlaz
Meja makan itu
sudah terhias sedemikian rupa. Macam-macam makanan telah terhidang.
Nasi, lauk pauk, sayur mayur, gorengan juga bebuahannya. Minuman yang
beraneka ragam juga tak mau ketinggalan. Belum lagi tatanan kue-kue
basah dan kering semakin menambah ramai hidangan buka puasa.
Hidangan-hidangan itu mulai disiapkan dan ditata semenjak siang hari.
Ketika terdengar kumandang
adzan Maghrib sebagai pertanda matahari telah tenggelam, segera saja
tangan-tangan anggota keluarga itu menyerang sajian berbuka yang memang
telah lama menunggu untuk disantap. Tidak bertahan lama, hanya dalam
hitungan menit, masing-masing telah merasa kenyang. Padahal belum
separuh sajian yang disantap. Hidangan berbuka itu masih terlihat
menumpuk.
Allahul Musta’an! Seperti
itulah watak manusia. Ia selalu berpikir dapat menghabiskan dan melahap
semua yang nampak di depan mata. Seakan-akan lambungnya mampu menampung
semua yang terhidangkan. Padahal segelas air dan beberapa sendok makanan
saja telah cukup mengenyangkannya.
Memang benar… salah satu
kebahagiaan orang yang berpuasa adalah saat ia berbuka. Rasulullah
menjelaskan hal ini di dalam hadits Abu Hurairah riwayat Bukhari dan
Muslim,
وَلِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ حِينَ يُفْطِرُ، وَفَرْحَةٌ حِينَ يَلْقَى رَبَّهُ.“Ada dua kebahagiaan yang akan dirasakan oleh orang yang berpuasa. Kebahagiaan saat ia berbuka dan kebahagiaan ketika ia berjumpa Rabb-nya”
Hanya saja,bagaimanakah
langkah yang benar untuk meluapkan kebahagiaan tersebut? Apakah dengan
menumpuk makanan buka di atas meja makan kita? Ataukah dengan menyewa
sebuah ruangan di restoran ternama lalu mengundang sahabat dan teman
untuk berbuka bersama? Atau harus bagaimana?
Sebenarnya sah-sah saja jika
Anda menyiapkan beraneka ragam jenis makanan buka. Juga boleh-boleh saja
Anda menyewa sebuah ruangan di restoran kota Anda. Hanya saja yang
tidak boleh dilupakan adalah semangat saling berbagi dengan
saudara-saudara kita yang lebih membutuhkannya.
Semangat saling berbagi dengan
sesama saudara yang saling membutuhkan sejatinya adalah salah satu
semangat dari ibadah puasa di bulan Ramadhan.
Tidak perlu jauh-jauh ke sana
atau ke mari. Lihatlah diri kita sendiri! Bukankah kita merasakan lezat
dan nikmatnya kala berbuka? Padahal kita masih berpuasa terhitung dari
terbitnya fajar hari itu. Lalu bukankah saudara-saudara kita yang fakir
dan miskin akan jauh lebih bisa merasakan lezat dan nikmatnya “berbuka”
setelah berhari-hari mereka berpuasa?
Lihatlah sekali lagi kepada
diri sendiri. Bukankah kita merasa senang dan bahagia jika mendapat
undangan berbuka dari kawan sejawat? Padahal di rumah sendiri,makanan
dan minuman berbuka juga telah tersedia dengan lengkap. Seperti itulah
perasaan –bahkan lebih dari itu-,saudara-saudara kita yang fakir dan
miskin jika mendapat undangan berbuka dari kita.
Zaid bin Khalid Al Juhani
(Tirmidzi 807 dishahihkan Al Albani dalam Shahih Targhib 1078)
meriwayatkan sabda Rasulullah yang berbunyi,
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ، غَيْرَ أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا.“Siapa saja memberi makanan berbuka untuk orang yang berpuasa,ia akan memperoleh pahala seperti pahalanya. Hanya saja hal itu tidak mengurangi sedikit pun pahala orang yang berpuasa”
Memang…salah satu
semangat yang harus terpancar dari ibadah puasa Ramadhan adalah
semangat saling berbagi. Sebagai bagian dari hikmah puasa, kita dididik
untuk bisa merasakan betapa sempit dan susahnya kaum miskin yang
sehari-harinya menahan lapar dan haus. Selain itu kita pun digembleng
untuk menjadi hamba yang banyak-banyak bersyukur. Ternyata…kita masih
lebih beruntung (dalam hal makan dan minum) bila dibandingkan dengan
saudara-saudara kita yang taraf hidupnya masih membutuhkan bantuan.
Alhamdulillah, kaum muslimin
di Indonesia memiliki semangat ini. Lihatlah semangat mereka yang
berusaha ikut berpartisipasi dengan mengirim makanan berbuka di
masjid-masjid. Apalagi masjid-masjid yang biasa dimanfaatkan sebagai
tempat persinggahan bagi kaum musafir, seringnya makanan berbuka
disiapkan untuk mereka oleh masyarakat sekitarnya.
Namun…akan lebih baik lagi
jika semangat saling berbagi ini terus digalakkan dan dijaga walaupun di
luar bulan Ramadhan. Istiqomah itu mahal! Pertahankan terus
semangat ini agar pahala yang dijanjikan Allah semakin berlipat ganda.
Artinya, berusahalah menjadi seorang dermawan di sepanjang tahun,
terutama di bulan Ramadhan.
Abdullah bin Abbas (Bukhari Muslim) menggambarkan pribadi Rasulullah kepada kita,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ.“Rasulullah adalah sosok yang paling dermawan. Apalagi di bulan Ramadhan, kedermawanan beliau semakin terlihat. Ketika beliau bertemu Jibril”
Tidak usahlah menyusun rencana
yang muluk-muluk di bulan Ramadhan ini. Cukup Anda memberi makanan
berbuka untuk seorang tetangga yang terhitung fakir miskin. Setiap hari
cukup satu tetangga, namun rutin dijaga. Pasti luar biasa! Tidak perlu
spanduk, baliho, kardus bercap nama Anda atau hal-hal lain yang bisa
menjerumuskan seseorang ke dalam dosa riya’ dan sum’ah. Biarpun orang
lain tidak mengetahui kedermawanan Anda kepada kaum miskin, toh tidak
akan mempengaruhi amalan Anda.
Barangkali kegiatan semacam
ini pun bisa Anda manfaatkan untuk melatih kepekaan anak Anda tentang
lingkungan sosialnya. Didiklah anak Anda agar selalu sensitif dengan
keadaan tetangga. Alangkah tidak eloknya jika Anda merasakan kenyang,
sementara ada tetangga yang menahan lapar. Maka… utuslah anak Anda untuk
menghantarkan makanan berbuka itu untuk tetangga Anda. Jangan lupa,
ajarilah anak Anda untuk berbicara dan bersikap yang sopan. Jangan
sampai kata-kata dan sikap yang salah justru semakin menambah derita
tetangga Anda yang menerimanya.
Memperhatikan kaum fakir dan
miskin telah menjadi ajaran Islam yang sering terlupakan. Padahal
perhatian Islam sangatlah besar untuk mereka. Lihat saja beberapa
bentuk kaffarah (sanksi dari sebuah kesalahan), memberi makan
orang miskin menjadi salah satu pilihannya. Zakat,sedekah maupun infak
sebagiannya juga diserahkan untuk mereka. Nah…salah satu hikmah Ramadhan
adalah lebih memperhatikan mereka.
Mudah-mudahan selepas bulan
Ramadhan, kita menjadi hamba yang pandai bersyukur, semakin semangat
untuk berderma, menyayangi kaum fakir dan miskin juga bertambah kuat
energinya untuk saling berbagi.
Jangan sampai kita menjadi kaum pendusta agama! Siapakah mereka?
Allah berfirman,
أَرَءَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ وَلاَيَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ.Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama (QS. 107:1)Itulah orang yang menghardik anak yatim, (QS. 107:2)dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. (QS. 107:3)
Momen bulan Ramadhan adalan
momen yang sangat tepat untuk memulai hidup baru yang lebih baik.
Menjadi seorang hamba yang senang berbagi dengan kaum fakir dan miskin.
Sebagaimana kita merasakan senang saat diberi, ingatlah selalu bahwa
orang lain pun merasakan bahagia saat kita beri. Semoga saja Ramadhan
tahun ini menjadi Ramadhan yang tak terlupakan karena kita semakin
meresapi makna saling berbagi rasa di antara sesama kaum muslimin. Amin
yaa Arhamar Raahimin…